Penulis adalah Hatta Bachtiar (Tata)_Kuwatno. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

CERBUNG Cerita Saat SD Part 1

Cerita Saat SD
Tabah Kuwatno (Tata)

Kapan terahir kamu memuji orang lain?
Dan  kapan terahir orang lain memujimu?
Atau tidak pernah sama sekali?
Kisah ini berawal saat aku masih kelas dua SD, namaku  Tata, usiaku saat itu baru tujuh tahun lebih. Aku dua bersaudara, Surya adalah nama kakaku dan orang tuaku selalu memanggil kami berdua tanpa spasi dengan sebutan, “Tatasurya”.
Kami berdua tak pernah setuju dengan sebutan itu, tapi sudahlah itu tidak terlalu penting untuk aku ceritakan di sini.
Kalau boleh aku bilang, aku tidak terlalu bodoh-bodoh amat, nilaiku di sekolah selalu di atas rata-rata kelas tapi orang tuaku tak pernah bangga dengan hasil itu, tak pernah memujiku sama sekali yang ada hanya memarahi, memarahi dan memarahi.
Saat itu kakaku duduk di bangku SMA kelas XI di sebuah SMA swasta di kotaku. Saat itu adalah acara penyerahan hadiah atas kejuaraan lomba “Blogging tingkat provinsi” yang diadakan oleh Universitas Informatika. Aku duduk di depan panggung bersama ibu. Suara yang meriah diiringi tepuk tangan yang sangat keras dari semua pemirsa di sana saat nama kakaku “Surya” di panggil maju ke atas pangung karena dia sebagai juara pertama perlombaan ini. Ironinya, tak nampak senyum sedikit pun dari mimik ibu, tidak ada lukisan kebanggaan atas prestasi yang sudah diraih oleh kak Surya.
“Kak, kamu adalah blogger terhebat”,
pujiku pada kak saat perjalanan pulang bersama ibu.
“Blogger hebat?”, Ibu berhenti dan matanya melotot “menulis-nulis yang tidak penting dan tidak ada gunanya itu, dibilang HEBAT? Kenapa tidak membuat ibu terkesan dengan
nilai-nilai sekolahmu saja? Marahnya.
Kak Surya masih terdiam, “ tapi kaka mendapat nilai yang bagus, 60 di listening bahasa inggris, Bu”, jelasku pada ibu.
“60? Nilai yang bagus? Ibu selalu dapat 85 dulu saat masih SMA, dan ibu juga editor majalah, pandai menulis hal-hal yang berbobot tidak seperti tulisan-tulisan sampahmu di blog. MEMALUKAN”.
Tanpa ada kata-kata pembelaan, kaka hanya menghela nafas panjang.
*****
Aku pernah juga mendapat cerita yang tidak beda jauh dari pengalamanku. Dia temanku satu kelas, Adi. Kesimpulannya sederhana, bahwa semua oorang dewasa itu sama, semua sama, mereka tidak pernah suka dengan apa yang kami suka tetapi mereka menyukai apa yang tidak kami sukai, dan itu hal yang sangat membuat kami kesal.
Orang dewasa mengira dengan memaki-maki kami, mengomel-ngomel tiap hari pada kami, mereka bisa berkomunikasi dengan kami padahal yang sebenarnya mereka hanyalah bicara sendiri dan tidak ada yang bisa kami lakukan selain pura-pura mendengarkan.
“Kalian harus begini, seperti itu, dilarang melakukan hal-hal ini dan itu…bla…bla…bla… “, terdengar seperti ribuan lebah dan lalat yang saling beradu suara, kata-katanya menguap panjang sekali tak putus-putus. Ironinya lagi, mereka juga sepertinya tidak peduli apakah kami mendengarkan dan paham atau tidak. Kami Cuma menjadi penonton dari sebuah pentas kata-kata dari orang dewasa. Kalau saja omelan-omelan itu nampak menjadi huruf-huruf yang keluar dari mulutnya, aku tak bisa membanyangkan sebanyak apa huruf-huruf itu akan menengelamkan ku dalam tumpukan gunung huruf.
Apa orang dewasa tidak mengerti apa yang artinya kelebihan muatan? Kadang aku juga ingin didengarkan oleh nereka.
“Tapi Ibu”.
“Kau berani membantah Ibu?” tukas ibu, “Kau mau sok pintar? Dengarkan!! Ini demi kebaikanmu, ingat kata-kata itu, ingat !! Kau paham? Hah?  Kau paham tidak? Jawab? Apa kamu bisu tidak bisa menjawab? “
Itu adalaha saat-saat dimana aku tidak bisa mengelak atau membantah sedikit pun, oleh karenanya aku tahu apa yang harus aku lakukan, yaitu diam dan mendengarkan, masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.
*****
Saat itu adalah hari mendekati perayaan kemerdekaan RI (17 Agustus 2004), SD ku akan mempertunjukan sebuah drama yang pemerannya dari anak-anak kelas dua dan kelas tiga saja. Aku ditujuk oleh wali kelas untuk menjadi aktor utama dalam pementasan drama tersebut. Tapi apa tanggapan orang tuaku, ini hanyalah sebuah pertunjukan yang latihannya hanya buang-buang waktu saja, baiknya aku belajar saja dan tidak usah mementingkan latihan untuk drama apalagi aku ditunjuk sebagai pemeran utama pasti akan lebih menyita banyak waktu untuk latihan. Aku pikir otang tuaku akan bangga aku dipercaya sebagai aktor utama tetapi beginilah.
Dari sinilah kisahku,
Tepat sepulang sekolah, kami anah-anak kelas dua dan kelas tiga dikumpulkan di lapangan basket SD. Kami diminta oleh guru pelatih untuk melingkar dan saling berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan. Saat itu, Leny yang menjadi pasanganku. Tepat saat kami semua pasangan saling berhadapan tiba-tiba ponsel guru pelatih berdering dan sejenak beliau meninggalkan kami. Kami tetap pada posisinya masing-masing. Rio, teman sekelasku yang seringkali menjahili teman-teman merencanakan sesuatu, dia kelihatannya berbisik pada Anton dan Dimas.  Aku tak tahu apa maksud mereka, dan.
“ah,….” Teriaku spontan, saat Anton menyungkurku dari belakang, al hasil aku mengenai Leny yang berdiri di depan sehingga tipis bibir kami saling menempel 0,000000001 detik dan ini seperti sudah direncanakan Rio, karena dia berhasil mengambil gambarku melalui ponselnya.
Leny terjatuh olehku, aku mencoba membangunkannya, dia hanya diam dan terlihat sama malunya seperti aku. 
“kenapa bubar, ayo kembali ke posisi kalian masing-masing”.
Tegur guru pelatih yang sesaat setelah itu kembali lagi ke tempat latihan.
Kami dibagi menjadi empat kelompok, dan kebetulan kelompokku mendapat giliran latihan pertama, sementara kelompok yang lain beristirahat terlebih dahulu.
Selesai kelompokku berlatih, aku mengambil seteguk air kemudian aku sandarkan kepalaku pada ransel, tak lama kemudian aku tertidur sambil menunggu waktu latihan selesai untuk kelompok yang lain.
Lagi-lagi Roi merencanakan kejailannya lagi, setelah guru pelatih pulang semua teman-teman dikumpulkan dan semua yang tertidur dibangunkan kecuali aku dan Leny.  Rio mengkoordinir semuanya untuk menjahili kami berdua lagi. Tubuhku diangkat dan ditaruh di sampingnya Leny, mungkin karena saking lelahnya, aku masih terlelap. Setelah mereka memosisikan posisi kami berdua, mereka berteriak, sengingga aku dan Leny terbangun karena kaget. Aku ditertwakan oleh semua teman-temanku. Leny langsung menggambil ranselnya dan bergegas lari keluar untuk pulang begitu juga aku dan yang lainnya.
*****
Ini adalah malam minggu, jadi orang tuaku tidak memarahiku meskipun aku tidak belajar. Aku lihat kak Surya sedang asik telfonan entah dengan pacarnya atau teman-temannya, aku kurang begitu tahu karena memang aku dan kaka tidak begitu dekat. Sementara ayah dan ibuku sedang berbincang-bincang bersama nenek juga. Aku sendirian dan aku putuskan untuk melihat tayangan di televisi saja.
Sebuah chanel yang aku lihat, menayangkan dua orang laki-laki dan perempuan yang berciuman, kemudian mereka pergi kekamar, tiba-tiba saja tayangannya berubah dan perembuan itu perutnya besar, tidak lama kemudian ia menimang bayi dan mereka berdua terlihat sangat bahagia.
Saat itu yang aku tahu bahwa semua tanyangan yang ada di televisi adalah benar, tidak mungkin sebuah tanyangan di televisi adalah kebohongan. Semuanya saya anggapa sebagai suatu hal yang benar-benar “Benar”.
*****
“Hai, Ta.”, sapa Rio di sekolahan. Dia bersama Anton dan Dimas. Aku tak heran karena mereka bertiga memang selalu bersama-sama.
“Kau sudah lihat tayangan di televisi saat malam minggu kemarin?”. Tambahnya.
“Iya, aku menontonnya”, jawabku polos.
“Kalau begitu, selamat ya Ta, sebentar lagi, kau akan jadi ayah, hahahaha”.
“ayah???”
“iya ayah,,, bukankah kemarin Sabtu kamu sudah melakukan seperti yang di televisi itu bukan? Hahha, itu artinya kalian akan segera punya anak.”
Ya saat itu karena aku masih kelas dua SD, aku percaya saja dengan apa yang sudah Rio katakan. Aku langsung panik seketika itu, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang.
*****
Sepulang sekolah, aku dan Leny duduk berdua di depan lapnagan basket.
“kau yakin Ta, aku hamil?” tanya Leny
“Iya Len, tayangan di tivi itu benar, dan pas latihan sabtu kemarin kita melakukannya”. Jelasku sok tau saat itu.
(Aku mikir, kok dulu pas aku SD bego banget ya, hahahaha, ok aku lanjutin ceritanya…)
“Aku gam au hamil, Ta”
“Tenang Len, aku akan bertanggung jawab”
“maksudnya?” tanya Leny bingung.
“aku juga ga tahu maksudnya apa, tapi itu yang sering dikatakan di sinetron-sinetron”. Jelasku.
*****
Lanjut di Cerita SD Part 2


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar