Semua
ini ternyata rencana Allah yang begitu tidak terbanyangkan, support yang luar
biasa dari guru-guru SMP ku yang menginginkan agar angkatan pertama harus bisa
melanjutkan ke SMA. Pada saat itu ada sosoialaisasi dari MAN Purbalingga yang
mensosialisasikan tentang program jalur khusus bagi siswa yang memiliki potensi
akademik tinggi. Begitu cupunya aku yang tahunya bahwa sekolah setelah SMP
hanyalah SMA/SMU atau SMK, ternyata ada sekolah yang setingkat SMA yang
berbasis agama yaitu Madrasah Aliyah (MA). Awalnya aku sempat tidak yakin akan
lolos mengikuti seleksi tulis masuk jalur khusus di MAN Purbalingga saat
melihat seragam dari sekolah lain adalah berlabel badge SMP Negeri 1
Purbalingga, SMP Negeri 3 Purbalingga dan sekolah-sekolah SMP yang bersal dari
kota sementara aku membayangkan sekolahku yang hanya sekolah pinggiran, baru berdiri,
apa iya aku bisa bersaing dengan mereka. Saat melakukan pendaftaran ke MAN
purbalingga aku ditemani dengan Pak Rulli S, beliau salah seorang guru di SMP
Negeri 3 Karangreja yang menurut saya beliau sangat multi talen, bisa mengajar
matematika, kimia, bahkan pelajaran agama, padahal beliau adalah sarjana
pendidikan biologi. Beliau begitu mensuport aku dan membuatku sedikit yakin.
Aku pun tidak menyangka kalau ternyata aku lolos masuk JK, setelah satu jam
menunggu hasil tes tertulisnya, aku masih mersa tidak yakin bahwa aku akan
lolos masuk Jalut Khusus (JK) di MA Purbalingga, aku sengaja membaca dari bawah
karena pasti nilaiku di kolom bawah karena nilai hasil seleksi diurutkan
berdasarkan nilai teratas dan hal yang tidak aku percaya lagi saat aku melihat
hasil pengumumannya adalah namaku tertulis di kolom paling atas sendiri yang
artinya nilaiku terbesar diantara mereka yang mengikuti tes masuk JK di
gelombang ke-2 bersamaku. Berawal dari situ keyakinanku mulai bertambah bahwa
aku pasti bisa meskipun aku dari sekolah pinggiran. Terimaksih untuk guru-guru
SMP ku yang telah memotifasiku hingga aku bisa yakin untuk saat itu.
Kebahagian
itu ternyata kembali lagi seolah hanya pembombong bagiku karena masih tetap ada
biaya untuk masuk di JK menskipun tidak semahal kelas regular, saat itu adalah
sekitar Rp650.000,00 untuk keperluan seragam dan lain sebagainya. Tidak hanya
berhenti sampai memotifasi saja melainkan uang sebesar itu bisa aku dapatkan
dari guru-guru SMP bahkan Bu Niken, guru SMP ku yang rumahnya di Wirasana
(sebuah perumahan di sekitar kota Purbalinggga) menawariku agar aku tingggal di
sana sehingga aku tidak repot memikirkan biaya hidup dan sewa kost. Tetapi pada
akhirnya pihak Madrasah menawariku agar aku tingal di asrama madrasah sehinnga
aku tidak terlalu merepotkan guruku tinggal bersamanya di Wirasana.
*) Bersambung di Part 5
0 komentar:
Posting Komentar