Allah
benar-benar mendengar doaku bahwa aku memiliki niat bersekolah, menjelang ahir
tahu ke-3 aku tidak bersekolah, aku mendapat berita dari guru SDku beliau Pak
Tasroen bahwa di desa Tlahab Kidul akan didirikan sebuah SMP yang kemudian
beliau menyarankan agar aku melanjutkan di situ. Bukan berarti saat itu ekonomi
keluargaku sedang melimpah tetapai justru tawaran itu membuatku kembali kecewa
seperti pada saat dulu ayah bilang bahwa beliau tidak sanggup membiayaiku
sekolah itulah yang seketika terlintas dalam pikiranku, tetapi Allah mempunyai
jalan untukku. Aku diminta menemani maratua Pak Tasroen (Almarhum Mbah Rodat R.
dan Almarhumah Nyi Kartiyah). Beliau terkenal dengan sebutan Mbah Guru karena
beliau adalah pesiunan guru yang terua di desaku. Aku hanya diminta layaknya
seorang cucu yang begitu dekat dengan mbahnya. Aku tidur di sana setiap malam,
membuatkan minuman untuk beliau, memijat beliau, menyiapkan air hangat untuk siraman
beliau sampai dengan menyapu ruangan dan halaman rumah beliau. Aku lakukan
dengan senang hati karena kedermawanan beliau yang dengan tulus juga membiayai
sekolahku. Pagi aku bisa bersekolah, pulang sekolah siangnya seperti kegiatan
biasa adalah mencari rumput meskipun jumlah ternak kambing yang aku carikan
rumput tidak sebanyak saat aku belum melanjutkan sekolah. Aku senang karena
orang tuaku yang awalnya khawatir kemudian mengizinkan aku bersekolah dan
mengizinkanku tinggal bersama Mbah Rodat R. sehinnga sebagian ternak kambing
milik bibi ayah yang mencarikan rumput.
Aku
melanjutkan bersekolah di SMP Negeri 3 Karangreja, yang terletak di depan jalan
Raya Karangreja, sebelah selatan dari pasar dan lapangan desa. Aku menjadi
siswa angkatan pertama di SMP bersama 53 anak yang lain yang satu angkatan
denganku. Pengalaman yang aku peroleh di SMP begitu tak bisa kubanyankan lagi
seperti sedia kala dulu waktu itu, aku menjadi sosok yang aku sendiri seakan
tidak percaya. Aku ketua OSIS pertama, Pratama pertama di eskul Pramuka,
Lulusan pertama dan peeringkat pertama selama enam semester berturut-turut dan
menjadi lulusan terbaik dengan nilai UN tertinggi se-kecamatan Karangreja.
Meskipun
demikian banyak pula saat-saat yang membuatku resah, Sebuah genjatan yang
membuatku begitu panik saat itu, Allah menghendaki kepulangan beliau (almarhum
Mbah rodat R. dan almarhumah Nyi Kartiah) ke hadirat-Nya. Saat itu aku baru
beberapa minggu duduk di banggku kelas XI, aku bingung siapa yang akan
meneruskan membiayai sekolahku. Begitu baiknya beliau sebelum hari
kepulangannya ke Surga beliau sempat berwasiat kepada putranya yang di Sokaraja
(sebuah nama kota di Banyumas) agar meneruskan pembiayaan sekolahku sampai
selesai. Putra beliau adalah seorang dokter bedah di rumah sakit Banyumas
bernama Dokter Setiajid yang akrab dengan nama panggilan om Tio saat
keponakan-keponakan menyapanya saat beliau menjenguk orang tuannya di Tlahab.
*) Bersambung di Part 3
0 komentar:
Posting Komentar